Minggu, 23 Januari 2011

Merdeka Walk

Merdeka Walk (Pusat Jajanan Kota Medan)

Nilai Sejarah Lapangan Merdeka Medan yang Kian Pudar

Lapangan Merdeka Medan terus berubah belakangan ini. Fungsi lapangan yang dikenal sebagai alun-alun kota, kian dibatasi dengan alasan menjaga fasilitas umum demi keindahan kota. Kini, simbol atau identitas sejarah panjang Kota Medan itu lebih menonjol fungsi bisnisnya.

Jika melintasi Lapangan Merdeka Medan sejak Desember 2009 lalu, pekerja pertamanan tengah mengerjakan pagar besi berpenyanggah beton di sisi Utara dan Selatan, dengan dua pintu utama. Kini, pagar bercat hijau telah memisahkan area pinggir jalan keliling dengan area di dalam lapangan.

Dulu, kendaraan bisa parkir ke tengah lapangan dan pinggirannya, sekarang tidak bisa lagi. Pintu utama dari Jalan Pulau Pinang selalu tertutup rapat. Biasanya pengunjung bisa memarkirkan kendaraannya di belakang podium. Kepala Dinas Pertamanan Kota Medan, M Idaham, baru-baru ini mengatakan, pemagaran itu untuk melindungi fasilitas di dalam Lapangan Merdeka.

Menurutnya, pagi-pagi sudah dibuka pukul 04.30 WIB. Hal ini untuk memberi akses kepada warga yang selama ini memanfaatkan Lapangan Merdeka sebagai tempat olah raga atau sekadar jogging. Sedangkan malam hari, pukul 23.00 WIB pagar ditutup agar warga tidak sembarangan lagi ke dalam. Karena potensi terjadinya kerusakan fasilitas di dalam Lapangan Merdeka, kata Idaham, terjadi malam hari. Seperti rusak dan hilangnya sarana permainan untuk anak-anak.

Idaham menyatakan, tidak ada larangan bagi warga untuk menggunakan Lapangan Merdeka di jam bebas. Hanya saja, mobil dan kendaraan roda dua dilarang masuk ke areal lapangan.
“Silahkan saja menggunakan, asalkan tetap menjaga dan sesuai jadwal yang sudah ditetapkan,” tegasnya.

Sebagai ruang terbuka hijau, seharusnya Lapangan Merdeka Medan dapat dipergunakan warga selama 24 jam. Persoalannya, sebagian warga yang tinggal di Kota Medan belum siap sebagai warga kota, tidak disiplin dan mau merusak fasilitas umum. Setelah ditutup, Dinas Pertamanan Kota Medan sebagai pengelola tidak dapat menjalankan aturan jam yang dibuatnya secara konsisten. Nyatanya, jam buka Lapangan Merdeka tidak tepat pukul 04.30 WIB pagi. Baru-baru ini, hingga pukul 08.00 WIB, pagar belum dibuka sehingga warga yang ingin olah raga pagi merasa kecewa.

Herman (41) warga Jalan Gaharu Medan, yang biasanya menggunakan Lapangan Merdeka untuk olah raga pagi menyatakan kekecewaannya. Ia pun merasa kesulitan mendapatkan lapangan pengganti untuk jogging. “Biasanya setiap pagi saya datang ke lapangan ini. Tetapi, kalau sudah dipagar begini tentunya tak bisa leluasa lagi. Boleh saja dipagar asalkan tertib jadwal dibukanya,” katanya berharap.

Dari sisi pemanfaatan, kebijakan Pemko Medan mengelola Lapangan Merdeka Medan cenderung menghilangkan nilai sejarah. Kawasan lapangan itu yang dulunya antik dikelilingi bangunan tua, kini sudah dijejali bangunan baru dengan alasan modernisasi. Dulunya, Lapangan Merdeka Medan merupakan salah satu sarana tempat olahraga masyarakat dari berbagai kalangan. Sekeliling lapangan tampak kosong dan asri. Tetapi sekarang serba tertutup dan hiruk-pikuk setelah Merdeka Walk dibuka. Itupun, retribusi dari Merdeka Walk diakali para oknum pejabat kota dengan perlakukan khusus.

Perubahan wajah kawasan Lapangan Merdeka sudah sangat kontras belakangan ini. Fungsi bisnisnya sudah lebih dominan, walaupun sampai saat ini Lapangan Merdeka masih berfungsi sebagai alun-alun Kota Medan. Misalnya upacara peringatan Hari Kemerdekaan RI, Salat Idul Fitri dan kegiatan akbar lainnya masih digelar di sini.

Lapangan Merdeka yang seharusnya lapang, kini semakin sempit. Kios buku-buku bekas yang dibangun Pemko Medan, justru menyesaki lapangan. Ada pula pos polisi menempel di sisi Utara, dan Merdeka Walk menutup sisi Selatan. Jangankan perbandingannya pada masa pendudukan Belanda, kini Lapangan Merdeka sudah kian sesak jika dibanding tahun 1990-an.
“Kalau Lapangan Merdeka ditutup dan dibangun sejumlah bangunan di sisi luarnya, masyarakat menikmati apalagi di kota ini?” kata Direktur Lembaga Pengkajian Pemukiman dan Pembangunan Kota (LPPPK), Rafriandi Nasution SE MT, baru-baru ini.

afriandi menilai, Pemko Medan sudah menggiring dan menggeser fungsi Lapangan Merdeka ke arah bisnis dengan alasan modernitas. “Nilai-nilai sejarah Lapangan Merdeka akan terus tergerus jika tidak ada restorasi. Pohon-pohon besar yang kokoh mengelilingi lapangan harus dilindungi. Jika pun dipagar seperti sekarang ini, harus ada jaminan waktu yang tepat membukanya,” kata Rafriandi.

Berdasarkan catatan sejarah, ada ratusan batang pohon trembesi yang dibawa Belanda ke Medan dan sebagian di antaranya yaitu sebanyak 48 batang bibit trembesi ditanam di Lapangan Merdeka. Sementara sisanya ditanam di sepanjang Jalan Imam Bonjol dan tempat lain di Kota Medan.

Namun kini pohon trembesi yang tersisa di Lapangan Merdeka tidak sampai separuhnya yakni sekira 20 batang. Keberadaan pohon trembesi yang ada sekarang sebagian juga tampak meranggas tak terurus. Seperti itulah kondisi terakhir alun-alun kota ini.


PUSAT JAJANAN: Tampak gemerlap lampu di Merdeka Walk di malam hari, baru-baru ini. Merdeka Walk didirikan di sisi selatan Lapangan Merdeka Medan sebagai pusat jajanan makanan lokal dan kelas internasional, yang lokasinya mempersempit lapangan.

Lapangan Merdeka dan Perubahannya

1. Kawasan Lapangan Merdeka Medan sekarang, dulu sebagai sentra perdagangan dan pusat pemerintahan di masa Hindia Belanda sehingga dikenal alun-alun Kota Medan serta titik nol.
2. Lokasinya sangat strategis karena dekat ke titik pertemuan Sungai Deli dengan Sungai Babura. Perahu menjadi alat transportasi utama saat itu.
3. Balai Kota (kini hanya tersisa depannya saja), Kantor Pos Besar, Hotel de Boer (Hotel Darma Deli), stasiun kereta api, Gedung Bank Indonesia (dulu bernama Javasche Bank), kantor perusahaan dan dagang berdiri mengelilingi lapangan yang dijuluki ‘Taman Burung’ oleh Belanda dan ‘Fuku Raidu’ oleh Jepang
4. Pada 6 Oktober 1945, Gubernur Sumatera Timur Mr Muhammad Hasan mengumumkan Proklamasi Kemerdekaan RI kepada seluruh masyarakat Kota Medan di Lapangan Merdeka Medan
5. Tahun 2004, pusat bisnis jajanan Merdeka Walk berdiri sehingga menutup satu sisi Lapangan Merdeka
6. Kios buku dari Titi Gantung dipindahkan ke Lapangan Merdeka sehingga menutup sisi Timur
7. Desember 2009, Dinas Pertamanan Kota Medan memagar sisi Utara dan Selatan Lapangan Merdeka, dan waktu bukanya dibatasi pukul 04.30 WIB hingga pukul 23.00 WIB

0 komentar:

Posting Komentar

Gallery & Profile Celebrity

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Buy Printable Coupons